Burn rate menentukan ‘keberlangsungan hidup’ dari suatu bisnis. Dengan analisa serta perhitungan yang matang dan akurat, perhitungan ini membantu perusahaan menghindari resiko kebangkrutan.
Pengertian Burn Rate
Inaproduct – Sebuah bisnis atau perusahaan pastinya memiliki arus kas positif dan arus kas negatif. Nah, burn rate merupakan cara mengukur cash flow negatif (uang keluar) sebuah bisnis yang baru didirikan. Rate ini digunakan untuk memperkirakan biaya yang diambil dari venture capital sebelum mendapatkan cash flow positif dari operasionalnya. Venture capital adalah uang modal dari investor.
Arus kas positif menunjukkan bahwa perusahaan memiliki lebih banyak uang yang masuk daripada uang keluar. Sebaliknya, arus kas negatif menunjukkan bahwa uang yang keluar lebih banyak daripada uang masuk. Jadi, rate ini adalah berapa banyak sebuah perusahaan menghabiskan uang, dalam kurun waktu per bulan.
Manfaat Burn Rate
Mengetahui kelayakan suatu bisnis
Total biaya yang dikeluarkan dapat dijadikan sebagai tolak ukur bagi investor dalam menilai kelayakan suatu bisnis. Caranya dengan menghitung waktu yang dimiliki perusahaan sebelum kehabisan uang.
Memprediksi perubahan modal usaha
Besarnya modal perusahaan merupakan salah satu indikator yang menentukan apakah bisnis bisa tetap bertahan. Nah, dengan mengetahui tingkat burn rate, manajemen perusahan dapat menghitung besaran modal yang akan dikeluarkan. Mengetahui jumlah rate ini juga membantu perusahaan memprediksi perubahan jumlah modal di luar proses produksi.
Mengendalikan pengeluaran perusahaan agar lebih terkontrol
Pengeluaran dengan jumlah yang besar menjadi salah satu faktor yang dapat menjadi hambatan bagi perusahaan. Dengan mengetahui rate ini, perusahaan bisa lebih bijak dalam mengeluarkan biaya atau mengatur ulang anggarannya.
Memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk berkembang
Manfaat selanjutnya adalah mengukur waktu perusahaan mampu menutupi operasional sebelum uang yang dimiliki habis. Misalnya jika suatu bisnis memiliki dana sebesar 10 miliar rupiah dan memiliki burn rate sebesar 1 miliar rupiah. Ini artinya bisnis tersebut hanya memiliki waktu 10 bulan untuk menutupi operasionalnya. Rate ini juga dapat menjadi acuan apakah suatu bisnis bisa survive dengan nilai kas yang dimiliki.
Baca juga: Apa Itu Affiliate Marketing? Baca Penjelasannya di sini
Cara Menghitung
Gross Burn Rate
Gross burn rate adalah cara menghitung yang dilakukan untuk mengetahui pengeluaran perusahaan untuk biaya operasional. Pengeluaran untuk operasi misalnya seperti sewa, gaji, dan biaya-biaya lainnya setiap bulan.
Untuk menghitungnya gunakan rumus ini:
Gross burn rate = uang yang dimiliki perusahaan : total biaya operasi per bulan
Contoh:
Perusahaan manufaktur memiliki uang kas sebesar 20 juta. Untuk biaya bulanan yang dikeluarkan adalah 5 juta untuk gaji, sewa, dan pembelian bahan baku. Nilai gross burn adalah sebesar 4 juta. Diperoleh dari 20 juta dibagi 5 juta. Dapat diketahui bahwa perusahaan mempunyai waktu selama 4 bulan sebelum semua uang kas yang dimilikinya habis.
Baca juga: Apa Itu Harga Pokok Penjualan dan Bagaimana Cara Menghitungnya
Net Burn Rate
Net burn rate adalah penghitungan yang dilakukan guna menunjukkan seberapa cepat perusahaan dapat menghabiskan uangnya. Cara ini sering dilakukan ketika perusahaan ingin berapa banyak uang yang dibutuhkan untuk melanjutkan operasi untuk jangka waktu tertentu.
Untuk menghitungnya gunakan rumus ini:
Net burn rate = uang yang dimiliki perusahaan : total kerugian operasi per bulan
Contoh:
Perusahaan komoditas lobster berhasil melakukan penjualan dan memperoleh keuntungan sebesar 3 juta di bulan pertama. Dengan catatan pengeluaran perusahaan pada bulan itu mencapai 5 juta.
Maka ini artinya perusahaan mengalami kerugian sebesar 2 juta dan memiliki total uang kas sebesar 10 juta. Dengan begitu, rate perusahaan tersebut adalah sebesar 5. Didapat dari 10 juta dibagi 2 juta.
Dari sini dapat diketahui bahwa perusahaan mempunyai jangka waktu 5 bulan sebelum uang untuk operasi perusahaan habis.
Informasi ini akan bermanfaat untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan perusahaan sebelum memiliki cash flow yang positif. Perusahaan diharapkan bisa lebih bijak dalam mengatur keuangan sesuai dengan anggaran yang dimiliki.
Penulis: Merita Ratih
Editor: Erlinda Sukmasari